Apa Endingnya?...

Tatapan mata pada sebuah pertemuan di sore itu, Tak ada yang memintanya. Juga tak ada yang menyangka pertemuan itu akan berlanjut di kemudian hari.

Dibawah kelam langit malam, kita duduk berdua ditepian sungai menikmati jus magga dan jeruk, dan jagung bakar manis pedas yang tak habis termakan. Menemani cerita kita hingga lupa waktu.  di iringi desiran suara air sungai dan hembusan angin malam.

Aku masih ingat raut wajah mu yang ketakutan ketika menyadari jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, krena teman mu sudah lama menunggu untuk pulang kerumah.

Sayangnya tak ada rembulan dan bintang malam itu yang dapat menjadi saksi bisu betapa indahnya pertemuan itu.

Berselang beberapa waktu, kita bertemu lagi "Ngebakso" dengan selera yang berbeda, kau suka manis pedas dan aku suka pedas. Dan suapan mu ketika itu membuat aku merasakan sesuatu yang jauh lebih berbeda lagi dari sebelumnya.

Sejak itu, dunia ku terasa Mulai berubah, seolang kehilangan siapa diri ku yang sebenarnya, yang dulunya acuh, dingin tak mau berkomentar banyak pada wanita apa lagi sampai jalan berdua, malah menjadi selalu ingin bersama mu.

Seperti bintang yang selalu ingin menemani rembulan menghiasi kelam malam, Begitulah aku ketika mengenalmu, hati ku yang gelap soal cinta, kini mulai merasa ada yang meghiasinya dengan cahaya.

Aku mulai merasa cemburu ketika melihat chat pemuda lainnya di HP mu, Aku mulai merasa takut kehilangan mu, Aku mulai tak rela jika ada laki-laki lain yang jaun puja atau memuja mu, aku mulai takut perhatian mu berpaling dari ku.

Kau tau, Sejak itu aku mulai menyadari bahwa aku telah jatuh cinta pada mu, karena itu ketika kesalah pahaman yang membuat mu marah menjadikan aku hilang arah, Emang sih waktu itu aku sedang di sudutkan pada banyak maslah, tapi marah mu lah yang membuat ku tak mampu mengontrol tingkah. Hanya ada satu alsan untuk itu, aku takut kehilangan mu.

begitulah Guman Fajar dalam diri yang sudah pergi jauh, dengan rasa yang sama bahkan lebih.

Kecintaan dan kerinduannya telah mengubah dunianya, telah mampu mebuat ia merasa takut dengan yang namanya kehilangan sosok wanita yang di cintainya.
Jarak yang memisahkan mereka, tidak mampu memisahkan cinta Fajar pada Senja dihantinya.

Hingga suatu ketika Fajar jatuh sakit, sangat ingin ia mendengar suara senja di kala itu, tapi ia tak ingin senja mengkhawatirkannya, ia pun akhirnya memilih diam.

Tak lama, Dr. Memponisnya terkena Gejala penyakit yang cukup parah, meski tidak separah leokimia. tapi cukup menyiksa bagi Fajar. Ia harus terus di tangani dan cek oleh dokter dan hidup dengan obat-obatan yang serba mahal.

Keadaan ekonomi keluarga yang makin hari makin menurun memaksa Fajar harus berhenti di tangani oleh dokter, bahkan untuk membeli obatpun sudah susah. Penyakit Fajar pun makin parah dan semakin menyiksa dirinya.

Dalam rintihan derita yang ia alami menanggung sakit, tersimpan jeritan rindu akan hadirnya Senja di pelupuk matanya. Fajar rindu suapan bakso Senja. akan cerita dan marahnya Senja.

Tapi kasih sayang dan cintanya memaksa Fajar untuk menahan segala keinginan untuk bertemu senja. Karena ia takut Senja akan bersedih melihat kondisinya.

Akhirnya Kerinduan itu tetap tak membuah temu, Fajar yang semakin parah pun.....
"Apa ia bagia yang bagus untuk ending Cerita ini?..."

Komentar

Postingan Populer