Karena Takut Ku Adalah Kecewa Mu

Dimulai dari kegelisahan yang tak terarah, sampai dimana pada impian yang ingin kugapai. Dimulai dari kata demi kata kemudian disambut hangat oleh seseorang bernama syafir. Dengan kalimat tenangnya yang selalu memotivasi.. 

"Karena bagiku engkau adalah adik se idiologi yang sangat berpotensi, rasanya sangat berdosa jika aku tidak menjadi bagian dari yang memprioritaskan mu"

Mendengar kalimat tersebut, timbullah pertanyaan dari diri yang tidak tau apa-apa ini. 

"Lalu ku jawab pula dengan lantang. Syair yang sangat menyejukkan hati, seseorang sepertiku kau anggap berpotensi? Alangkah anehnya, potensi seperti apa yang kau maksud duhai syafir?"

"Bolehkah kutanya apa yang menjadi impianmu fani?"

Mendengar kata impian, tentulah bukan hal yang biasa. 

"Impianku bukanlah menjadi sanjungan banyak orang. Hanya saja kalimat apa yang sedang dido'akan suatu saat bisa menjadi kebahagiaan" jawab ku ragu.

"Seperti hobiku menulis dan tentunya cita-citaku menjadi penulis, namun sampai saat ini masih banyak hal yang membuatku terbata-bata dalam menggapainya" tambah ku dalam keadaan masih bingung.

"Mari memulai, diawali dengan menulis berdua, Izinkan aku membantu mu Fani" Kata syafir. 

Sejenak aku tersentak dengan tatapan kosong penuh tanda tanya. 

"Apakah mungkin?" Tanya ku membatin.

"Pengalaman, wawasan ataupun pikiranku tidak seluas yang engkau bayangkan Safir, hanya kecewa yang kau dapat jika bersyair bersamaku. Syafir!... betapa tidak beruntungnya aku jika membuatmu kecewa" jawab ku dalam keadaan ragu pada diri ku. 

Lalu terdengar lah jawaban dari syafir. 

"Jika wawasan menjadi alasan, apakah benar diriku berwawasan luas hingga kamu ragu merangkai kata bersamaku?"

"Bukankah umur hanya sebatas angka?"

"Bukankah langkah hanya sebatas jejak?" Tanyanya bertubi agar dapat meyakinkan diri yang dalam kebingungan. 

"Uraian kata yang menjadi kalimat indah bukan terletak pada angka. Pengalaman yang berharga tidak terletak pada jejak. 

Uraian kata itu akan indah pada cinta. Jejak itu akan indah jika mengandung makna. Yakinlah. Kamu adalah perangkai untaian kata penuh cinta. Yakinlah, bahwa kamu adalah peninggal jejak penuh makna" Yakinnya pada, ku belum sempat aku menjawab, Ia sudah memulai kata-kata saktinya lagi.

"Marii, kita susun paragraf demi paragraf agar lahir sebuah karya yang kemudian akan membuat kita hidup setelah mati, hingga tak ada yang harus kecewa diantara kita" tambahnya.

Untaian kata yang sangat menyejukkan, tapi tidak membuatku hilang dalam ragu. 

"Jikapun terwujud, kurasa untaian kataku tidak semanis dan selihai mereka" Jawabku

Tanpa rasa bosan dan berkali kali ia mencoba untuk tetap memberiku semangat. 

"Kau takut aku kecewa? Tanpa kau sadari ketakutan itulah yang membuatku kecewa" ujar Safir dengan wajah yang mulai kecewa.

"Sungguh, merawat rasa takut adalah hal yang paling kubenci, rasanya ingin sekali lari dari ketakutan tersebut. Namun tidak bisa dipungkiri, kenyataan tetaplah kenyataan. Kenyataan pahit harus berulang kali kuterima safir. "

"Dan benar, kenyataan memang harus diterima. Untuk itu kita akan lebih siap menghadapi kenyataan yang lebih berat.

Seperti sosok aku yang awalnya belajar meminum kopi pahit. Rasanya enggan untuk menelan, tapi harus kupaksa. Hingga kutemukan asam manis didalam kopi pait itu. Dan kau tau, semua sakit yang dulu ada hilang begitu saja" Jawab syafir Terus Berusaha Meyakinkan diri ku. 

"Perlahan kucoba menjalani dengan sendiri tan"pa seorangpun mau tau akan hal itu. Dan semoga jejakku bisa seindah jejakmu. Untuk itu, bantulah aku mewujudkan impianku safir" jawab safir yang tetap tidak menyerah menghadapi aku yang penuh keraguan.

"Mari, tuliskan semua ketakutan dan ragumu akan kecewa ku. Biar kutuliskan semua yakinku bahwa kau tak akan mengecewakan ku. Rawat takutmu untuk berkarya, agar terjawab keyakinan didada" Ajaknya lagi.

Fani Bale, Menggapai mimpi itu memang sulit, Memang berat, tapi yakinlah kamu bisa. Berhenti berkata bisa Tapi Sulit.

Mari mulai Dari kata "SULIT TAPI BISA". Mendengar kalimat itu aku merinding, Semangatku terbakar dan aku harus bangkit. 

Benar saja Kalimat terakhirnya membuat ku luluh. Kembali kucoba untuk memulai semangat baru! Kuyakinkan diri bahwa aku pasti bisa untuk menggapai mimpi-mimpi ku agar lahir Kariya dari tangan Gadis Desa Si FANI BALE ini. 

Goresna Tinta Fani Bale

Rawang, 05 November 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer