Aku Lupa Denganmu Tidak Selamanya

"Putri Rahmalisa"
***

Sehangat Teh pada suatu Pagi.
Sepi diantara kantuk yang harus dilawan Mata. Perlahan duduk disebuah kursi cokelat didepan jendela hijau sembari menatap awan matanya mulai berkaca-kaca.

Namanya Alisa, Seorang perempuan hina tak bertahta, Manis tanpa Pemanis buatan, Cantik meski hidupnya tak menarik. 

Siang berlalu malam menjelma, tiba-tiba Ponselnya berdering, dengan suasana hati yang tak karuan perlahan ia buka androidnya. Iya, ternyata notif pesan dari seorang pria yang pernah ia dekati dan ia kagumi dan pria itu juga yang akhirnya memilih pergi. Sebut saja namanya Anggara, Pria tampan idaman semua perempuan. 

Anggara : "Apa kabar alisa?"
Alisa bingung bahkan terheran-heran, baru kemarin dia jalan bersama wanita lain, membeli cincin tunangan untuk perempuan itu, dan hari ini ia kembali menanyakan kabar padaku lagi. (Ucap alisa dalam hati) 
Alisa : "Bukankah kau sudah memilih dia? Lalu mengapa kau kembali seolah tak terjadi apa-apa"
Anggara : "Alisa, aku tidak bisa memilih. Kalian sama pentingnya untukku"
Alisa : "Kau tak bisa mempermainkan hati perempuan seperti itu, mana mungkin ada dua nama didalam satu hati. Kau jelas-jelas sudah bersamanya. Bukan aku yang kamu pilih, Bukan aku yang disampingmu saat semua malaikat langit mencatat janji suci itu. Kita sudah selesai saat kamu memilih dia." 

Percakapan panjang pun terjadi, Anggara berusaha memperjelas apa yang sebenarnya terjadi kepada Alisa. Meski alisa tetap bersikeras dengan argumennya. 
Padahal sebenarnya, Hati alisa masih berdebar didekatnya, masih kesulitan melupakannya. Tapi alisa memang orang yang selalu lebih mementingkan perasaan orang lain dari pada perasaannya sendiri. 

Ia takut melukai banyak nama hanya karena perasaan yang seharusnya tiada. Baginya biarlah masalalu tentang dia dan lelaki itu menjadi sisa seperti seharusnya. 

Angin bertiup kencang menerpa malam yang  gelap tanpa cahaya. “ada apa ini?” Alisa yang sedang baca buku jadi ketakutan saat merasakan  angin tersebut menyerbu celah jendelanya.
ia segera menutup  tubuhnya dengan selimut lalu berjalan mengarah kepintu kamar, tapi terhenti oleh “with u with u with u!” bunyi dering androidnya. Ia pun tak jadi keluar, lebih memilih berlari kecil mengambil androidnya yang tergeletak di meja, untuk menjawab panggilan.

Ternyata lagi dan lagi lelaki itu menghubunginya kembali.
Ia terengah-engah seolah ingin membicarakan sesuatu yang amat penting. 
Anggara : "Beri aku waktu untuk bertanya sesuatu padamu, Alisa Aku tak melihat ada janur kuning melengkung, Aku sama sekali belum mendengar gemaan kata sah.
Tapi mengapa kau sudah memfonis seolah aku sudah memilih?
Aku tak tau dengan mu. Aku tak tau jika ada rindu. Jika pun ada aku tidak tau itu rindu apa. Meski aku melihat sedikit ada yang berbeda jika kau didekat ku. Namun aku hanya menganggap itu sebuah kekakuan belaka. Tak bisa kah kali ini kau menjelaskan, Bagaimana perasaanmu?"

Alisa : "Apa ini?
Bukankah sebelumnya kau memperlakukan seperti Putri singgasana. 
Semenjak ada dia, sekarang diantara kita ada sekat yang tak terlihat, Seolah berjalan beriringan Tapi tak pernah bergandeng tangan. 
Sebenarnya kita ini apa? Kamu tahu? Cerita tentangnya mulai menikam jantungku, Ada cemburu yang tertahan didada. Ironisnya sedekat itu pun kita. Masih serupa tanda tanya. Ketika luangmu adalah aku, sepimu adalah aku. Pun sedihmu adalah aku. Aku tetap saja tidak tahu, Adakah aku dihatimu? Atau dia telah menggantikan posisiku?" 

Alisa menutup teleponnya, lalu membuka pesan lama meski telah usang. Sedikit ingin mebaca ulang janji-janji yang pernah ia lontarkan meski tak pernah ditepati. 

Hari-hari berganti, meski sudah tak lagi saling mengabari, karena sudah memilih hidup masing-masing. Alisa masih tertatih di titik itu. Titik dimana kata pergi menjadi senjata mematikan. Tidak terlihat tapi membuatnya sekarat. Dia sedang bermediasi dengan dirinya sendiri. Mencoba menerima alasan terakhir yang tak masuk akal, menerima kenyataan bahwa kenangan tentang mereka, telah lelaki itu panggal. Menjadi kesedihan yang terkurung dihatinya. Menjadi mimpi buruk yang mengganggu lelapnya, Meski dia tahu Anggara sedang berbahagia dengan yang baru.

Ada semangat baru yang timbul, setelah berbulan-bulan menepi. 
Alisa menyambut cahaya terbaik dengan rekah senyuman. Bulan yang hangat penuh kasih sayang. Lalu berkata dengan nada keras hingga terdengar sampai ke pelosok desa "Aku bangkit dan siap beradaptasi lagi"🌹


Komentar

Postingan Populer