Sajak Syair Rahasia Syafir dan Nisa



Tuan Syafir: Kata kurangkai,  ku harap sambut sahut dari mu.
Namun kau diam bungkam seribu kata.
Hingga ku bertanya, hinakah?...
Salah kah aku dimata mu?...


Puan Nisa :Paham lembut tutur itu
Ketika ku belai dengan berbagai cara
Namun apa?...
Berbisa setiap kata
Berduri setiap suara
Menceritakan berbagai makna
Mencerminkan berbagai filosofi
Tapi tak berarti lebih, bagai kata terayak

Tuan Syafir:Debu-debu syair yang halus
Tertuang diatas putih kertas suci.
Tak pernah kah kau anggap sebagai sebuah ketulusan?...
Hingga semua kau anggap duri yang menyakiti?...
Syair ku memang aksara kasar.
Baitnya mungkin rancu karena tulisan.
Tapi cobalah  kau selidiki makna yang terselip dibaliknya.

Puan Nisa: Akankah setiap syair-sair itu menimbulkan dusta?...
Aaah! Terlalu mudah jika di cerna
Sekian banyak makna dalam kata
Tergelincir dengan berbagai cerita
Aku buta?... ia memang buta.
Tak sanggup melihat berbagai rasa
Menyalip saja membuang berbagai cita
Sampai terselip dengan debu aksara

Tuan SyafirKumpulkan debu-debu itu,
dibaliknya telah kusemai benih permata.
Hingga kau mampu menyusun pazzel cinta.
Sehingga syair bukan sekedar penghibur telinga.
Tapi mampu menjadi pesan dalam setiap cerita cinta.


Tuan Nisa: Seperti cerita yang di kau maksud tuan.
Bermaknakah rindu yg tertuang?
Jika hanya lewat sembari angin melintang
Laju akan rindu tak bertuan
Laju akan cinta tak terpendam
Lama tak terdengar akan seruan
Bait-bait pun meradang menghilang
Jejak jauh berkelana bepergian
Hanya kenangan pun tak sanggup ku genggam
Banyak ceritanya, terlalu banyak bahkan
Namun, tak sepersatu pun yg tuan pendam

 Tuan SyafirSadarkah engkau,?..
 malam tak akan indah.
Jika angin tak menyapu awan.
Sadarkah engkau?...
bintang takkan menghiasi malam mu,
 jika mentari tak tenggalam.
Aku...
Aku...
Aku lah angin yang menyapu awan mu.
Aku lah mentari yang menghilang,
 demi bintang yang ingin kau lihat.
Bukan hanya sekedar lewat.
 Tapi menerjang tebal gumpalan awan...

Puan Nisa: Aku aku dan aku?...
Bintang tak hanya untuk seorang
Bulanpun bersinar tak hanya untuk bintang
Begitu ramai gemerlap malam
Begitu ramai awan-awan hitam
Menjauh mengarak dengan segala guncah
Menghabisi setiap tarikan napas ketika akan bersuara
Tak terlihatkah
Ada begitu banyak kesediaan yang tak terampunkan
Ada begitu banyak ketamakan yg terendahkan
Begitu lama tuan
Benar-benar lama
Hingga beku pun tak jarang


Tuan Syafir : Keramain hanya lah bias perjuangan dari pengorbanan ku untuk puan.

Oh...
Gelap sudah mata mu, krena benci yang menggumpal.
Hingga setiap langkah dan gerak ku.
Kau pandang obral di mata insan.
Kejam.
Kejam...
Tak lah pantas ego mengubar syair,
krena ia terlalu indah untuk ungkap benci.

Puan Nisa : Seberhargakah suatu pikiran jika kebencian yg menenggelamkan
Jiwa saja yg akan keluar jika riak tak berimbang
Diam pun tak masalah, hanya diam pengobatnya
Memang jelas akan kemurnian syair-syair indah nan mempesona
Memang jelas sejelas cahayanya.
Namun terpadam akan pekatnya malang
Hidup memang hidup
Namun sayang tuan
Terlalu luka hingga tak kendala.


Tuan Syafir : Entahlah...

Tertutup akal sehat ku.
Lumpuh logika ku.
Ketika engkau bungkamkan makna di hati mu.
Kuserahkan semua pada dia yang memikiki hak yang hakiki.

Thank's ya syahabat syafir atas kunjungan, semoga bermamfaat.
Syafir dan Annisa
Senin, 16 Oktober 2017

Komentar

Postingan Populer