Tempat Pengasingan Adalah Tempat Pelariannya

Tak mampu melawan Cinta yang ditentang keadaan. Mengantarkan seorang dara pada tempat pengasingan. Ditanah yang jauh dari kampung halaman. Dimana tak ada satupun yang mengenalnya.

Tanah Pengasingan, Awalnya dua kata itu mungkin lebih tepat untuk sang dara. Karena ia tak pernah menginginkan hidup sendiri ditanah itu. Melainkan dipaksa agar terpisah dari pujangga yang telah merebut hatinya.

"Dara muda, Hidup sendiri ditanah asing, bukanlah suatu hal mudah baginya. Akan ada banyak penderitaan yang akan ia alami ditanah itu"
 "Pada siapakah ia mengadu?..."
 "Siapa yang akan menjaganya?..."
 "Siapa yang akan merawatnya ketika sakit?..."

pertanyan-pertanyaan itu terus muncul di benak pujangga yang dihantui rasa bersalah, Ketika mengetahui sang dara telah diasingkan karena Cintanya.

"Ya Tuhan!... Salahkah jika kami saling mencintai?... Salangkah jika kami ingin saling memiliki?..." sesal Pujangga mengadu pada tuhan.

Jangankan bersua, Kabar anginpun tak terdengar lagi. Sang dara menghilang bag ditelan bumi. Yang tinggal dibenak pujangga hanyalah puing-puing kenangan yang terus ia kumpulkan. Dengan harapan bisa mengobati kerinduan yang kian membesar.

Kakinya telah lelah dalam mencari, hatinya telah lelah dalam menanti. Keputus asaan hampir menjadi pasti. Sang dara benar-benar telah pergi dari pujangga.

Ditanah pengasingan, Sang dara dengan air matanya pun dihantui kekhawatiran. Karena tak lagi terlihat senyum pujangga yang menyambut paginya. Tak lagi terdengar tutur kata yang menenangkannya.

"Tanah ini benar-benar telah memisahkan kami, Bahkan berkabar pun tak lagi mungkin untuk dilakukan" sang dara membantin.

Tak berselang lama, Entah dari mana datangnya, entah bagaimana sampainya dibalik derita sang dara dan pujangga. Duplikasi Sengkuni Yang ada dikisah mahabrata seperti hadir dikehidupan sang dara.

Hingga hancur melebur semangat dan kepercayaannya pada pujangga. Cinta dan kerinduannya, Seolah berubah menjadi kebencian pada sang pujangga.

Kebencian itu, akhirnya menjadikan tanah Pengasingan sebagai tanah Pelariannnya. Ia lari dari kenyataan, dalam benaknya yang ada adalah Bahwa seseorang yang ia perjuangkan telah menghianatinya.

Siapa yang tak membenci penghianatan ditengan besarnya pengorbanan. Siapa yang tak terluka olehnya. Tak banyak yang mampu bertahan akan hal itu.

Di sisi lain sengkunipun hadir dihadapan pujangga dengan manis kata seolah tak punya dosa. Memberi kabar bahwa sang dara telah melupakan pujangga. Karena tanah pengasingan telah menjadi tempat ternyaman untuk pelariannya dari pedihnya perjuangan cinta mereka yang sia-sia.

Pujangga, terdiam dalam rasa bersalah dan kekhawatirannya. Dan berikhlaskan kenyataan. Dan terus menyalahkan dirinya sendiri 

padahal jika sengkuni tak hadir di tengah mereka, mungkin saja masalah itu telah usai, karena sang dara sudah hampir kembali dari pengasingan itu.

Kelak di kemudian hari, Fakta terbongkar. Sengkuni bagian dari dalang penderitaan sang dara dan pujangga. Tapi daya sampai lagi. Semua sudah terjadi terlalu jauh. Waktu tak mungkin diputar kembali.

Pujangga dengan Kegoisannya tetap berusaha memperbaiki keadaan. Dara dengan keegoisannya pula tak mau percaya bahwa sengkuni hanyalah kebohongan. Dan ia terus pergi dan menetap di tanah pelariannya.

Keegoisan itu kemudian mengusik hidup mereka lebih lama. Tak ada lagi bahgia, tak ada lagi ketenangan. Yang ada hanya luka.

Dan mereka hidup dalam kebodohannya. 

Komentar

Postingan Populer