Safir di Kota Hujan, Safira di Kota Panas


Siang dikala terik panas menyinari bumi, Langit membiru mempesona, kumpulan-kumpulan awan kecil yang menghiasi langit. Membawa memori kembali ke masa dimana Safir dan Safira pernah memadu kasih dibawah naungannya. di Kota Hujan Safir menyendiri.

"Wahai angin yang berhembus lembut, sudikah kau berhenti membawa ku dalam lamunan, Hati ku kian gundah dalam mesra lamunan panjang yang tak berkesudahan. Terhanyut dalam sesal karena sadar ia bukan lagi mlik ku" Safir mengoceh dalam batin.

Kasta tak bertuah, harapan seolah tak lagi tau arah untuk mewujud. Asa menjadi sepi ditengah keramaian. diulah rindu yang kian mencekram hati.

Dentungan suara kaki kian mengeras, pertanda seseorang datang mendekat, namun tak sedikitpun suara itu membuat menoleh Safir. Nampaknya ia benar-benar terhanyut dalam lamunan tanpa tepi.
Raut wajahnya kian murung, matanya mulai memerah.

"Ya tuhan, Andaikan kau mau kabulkan do'a ku, putarlah balik waktu, kembalikan aku ke masa dimana aku belum mengenalnya. Sungguh perih ketika ku harus kehilangannya". Safir berdo'a dalam diam.

Disisi lain, di Kota Panas penuh hiruk pikuk kehidupan. Safira tertawa dalam perih. sembunyikan luka dan harap agar kelak semua kembali seperti semula. Tak hanya Safir yang merindu dalam luka, Safira pun sama halnya.

Siapa yang mau hidup dengan luka dan derita, siapa yang mau terpisah di saat bahagia, meski saling menjauh satu sama lain. Namun Cinta tak pernah surut dalam hati.

Daya tak sampai, Safir dan Safira hanya bisa mencintai dalam do'a, hari ke hari tak kujung usai dengan harap sembari memperbaiki diri. Semoga tuhan menyatukan mereka.

Usia kian menganjak dewasa, kayakinan semakin menguat bahwa diantara mereka akan ada temu yang segera merubah luka menjadi bahagia. Tapi pertanda tak jua nampak.

Rembulan dimalan hari terus dinanti oleh safira, untuk mengenang masa dimana mereka pernah bersama dalam jarak. agar senantiasa merasa dekat.

"Bulan ini pernah membuat kita tertawa, dikala itu. Apakah kau masih ingat saat aku bertanya pada mu tentang apakah kau melihat bulan?... lalu kau pun mejawab ia aku melihatnya, Aku pun kembali berkata bahwa akupun melihatnya, dan kau tau kita melihat bulan yang sama itu tandanya kita dekat" Safira membatin mengenang masa lalu mereka yang terpisah oleh jarak yang kemudian juga memisahkan mereka dalam segala hal.

Setiap malam Safira menunggu bulan datang, dengan harap Safir pun melihatnya. Dan penuh harap dibawah bulan itu pula merekan akan dipertemukan kembali.

Safir dan Safira kini mencintai dalam do'a, dengan kayikan tuhan mengabulkan do'a mereka untuk di pertemukan dalam bahtera yang dinanti. Sembari mempersiapkan diri dan meyakinkan diri jika tidak dipertumkan bawha itulah yang terbaik dan di kehendaki tuhan.

"Apakah mereka akan di pertemukan kembali atau tidak?..."biar lah kelak mereka berdua yang mengisinya"
"dan cerita pendek ini adalah kariya kalian semua yang mencintai dalam do'a, dan mereka berdua adalah siapapun kalian berdua yang mencintai dalam do'a itu"

Komentar

Postingan Populer